Cerita Santri Makam Mbah Priok yang Berdamai dengan Pemprov karena Ahok




JAKARTA, KOMPAS.com - "Kita ada di lahan emas, yang namanya orang berusaha merebut pasti selalu ada," kata Wahyu di Tanjung Priok, Selasa (2/5/2017).
Wahyu, yang kini menjabat sebagai Ketua Yayasan Makam Mbah Priok siang itu bercerita kepada Kompas.com soal sejarah berdirinya Makam Mbah Priok dan wacana menjadikannya destinasi wisata religi berstandar internasional.

Ia menunjukkan sodetan pada telapak tangan kirinya yang menjadi bagian penting dari cerita itu.
"Tahun 2010 itu kami ada 60 orang mati-matian mempertahankan, digempur habis sama Brimob," katanya.
 
Wahyu merujuk pada peristiwa 14 April 2010 ketika bentrokan pecah antara Satpol PP dengan warga dan santri.

Selama bertahun-tahun lamanya, lahan seluas 3,4 hektar yang terletak di sebelah Jakarta International Container Terminal (JICT), menjadi rebutan antara PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dan ahli waris Habib Al Haddad.


April 2010 itu, menjadi akbar perebutan lahan. Beberapa tahun sebelumnya juga upaya penertiban berlangsung namun selalu gagal karena santri dan warga selalu mati-matian mempertahankan.
Bentuk intimidasi, menurut Wahyu, datang dalam berbagai bentuk mulai dari upaya pengusiran, ancaman preman, hingga fitnah-fitnah soal makam.

Warga makam selalu bermusuhan dengan pemerintah mulai dari Pemprov, pelabuhan, dan polisi.
Bagikan ke orang lain!!

0 Response to "Cerita Santri Makam Mbah Priok yang Berdamai dengan Pemprov karena Ahok"

Post a Comment